Artikel

Saqifah Bani Saidah, Saksi Bisu Pertikaian Politik Pertama Kali Setelah Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Jamaah Namiroh Tour berfoto didepan Saqifah Bani Saidah

Saqifah Bani Saidah merupakan peristiwa pertama yang terjadi setelah wafatnya Nabi SAW pada tahun ke-11 H/632, di mana Abu Bakar bin Abi Quhafah dipilih sebagai khalifah kaum Muslimin. Ketika Nabi Muhammad SAW wafat, Ali bin Abi Thalib serta beberapa sahabat lainnya sedang mempersiapkan acara pemakaman beliau, dan pada saat yang sama, beberapa orang dari kaum Anshar berkumpul di tempat bernama Saqifah Bani Saidah untuk mengambil keputusan dalam memilih seorang khalifah setelah wafatnya Nabi SAW, dengan Sa’ad bin Ubadah sebagai pimpinannya.

Lokasi Saqifah Bani Saidah

Saqifah Bani Saidah terletak di sisi barat Masjid Nabawi, terdapat sebuah taman kecil menjadi peneduh di tengah teriknya Madinah. Taman seluas kira-kira dua kali lapangan futsal itu dikelilingi pagar besi setinggi 2,5 meter bercat hitam dan putih. Jika kita melihat peta, maka jarak taman ini hanya 300 meter dari pintu King Saud atau pintu 15. Pohon bidara dan pohon kurma menghijaukan taman di dekat wilayah markaziah (markaziah adalah sebutan untuk hotel dalam radius 500 meter dari Masjid Nabawi).
Rombongan jamaah umroh Namiroh Tour menyambangi taman itu. Kemudian mutowif mulai berkisah tentang pembaiatan Sayyidina Abu Bakar As-Siddiq menjadi Khalifatur Rasulillah setelah Nabi yang mulia wafat.

Pertikaian sahabat nabi di Saqifah Bani Saidah

Di lokasi Saqifah Bani Saidah telah terjadi banyak pembicaraan antara kaum Anshar yang hadir di sana. Dan kaum Muhajirin yang datang terlambat lalu bergabung dengan mereka, masing-masing Anshar dan Muhajirin secara terpisah memiliki pengaruh tersendiri. Namun diyakini bahwa perkataan Abu Bakar dan sahabat-sahabatnya saat itu adalah yang paling berpengaruh.
Diskusi mereka yang paling penting dan yang perlu digarisbawahi serta yang tercatat dalam sejarah ketika itu dapat dilihat dari orang-orang berikut ini:

Sa’ad bin Ubadah

Sa’ad bin Ubadah: Biasanya dia berbicara pada awal pertemuan dan sebelum Abu Bakar dan rekan-rekannya datang dan tentu saja karena ketidakmampuannya dalam berbicara dikarenakan sakit. Ucapannya disampaikan oleh anaknya kepada masyarakat Madinah. Poin terpentingnya meliputi: latar belakang dan sejarah Anshar, keutamaan mereka atas kelompok-kelompok Muslim lainnya, pelayanan dan perjuangan kelompok jamaah ini kepada Islam dan Nabi Muhammad saw hingga Nabi SAW wafat, sehingga nabi merasa puas dengan kelompok Anshar. Sa’ad dengan alasan-alasan ini mengumumkan bahwa Anshar lebih utama untuk menggantikan kedudukan kekuasaan dan mengundang mereka untuk mengambil tindakan memegang tampuk segala urusan. Dalam pandangan Sa’ad, usulan untuk memilih satu orang pemimpin dari Anshar dan satu dari Muhajirin merupakan sebuah kekalahan dan kemunduran.

Abu Bakar as Shiddiq

Abu Bakar: Orasinya harus diyakini sebagai penentu arah perkumpulan komunitas ini. Beliau berpidato dalam beberapa sesi, yang intinya adalah sebagai berikut: Penjelasan tentang keistimewaan dan keutamaan Muhajirin atas Anshar adalah Muhajirin yang pertama kalinya dalam membenarkan misi Nabi saw. Mereka lebih dahulu dalam hal beriman dan menyembah Allah, hubungan kekeluargaan atau persahabatan kaum Muhajirin dengan Nabi. Dengan dasar itulah, Muhajirin memiliki prioritas untuk suksesi setelah Nabi saw. Adapun sejarah dan latar belakang Anshar, kelayakan, dan prioritas mereka adalah hanya untuk jabatan kementerian. Dan bukan pemerintahan dan kekuasaan, mereka tidak bisa menentang suksesi Muhajirin.

Hubbab bin Munzir

Hubbab bin Munzir: Dia berpidato dua tiga kali di Saqifah. Setiap kali berucap mengandung sindiran atau ancaman terhadap Muhajirin khususnya Abu Bakar dan Umar.  Dia dalam satu sesi tetap menyampaikan usulan seorang pemimpin dari setiap suku. 

Umar bin Khattab: Umar lebih dominan untuk menegaskan ucapan-ucapan Abu Bakar yang kemudian memberikan argumen-argumen atasnya. Sebagian argumen-argumen ini adalah: Kepastian tidak adanya penentangan dari orang-orang Arab dengan suksesi dari keluarga Nabi. Suatu hal yang mustahil untuk memilih dua pemimpin dari masing-masing kelompok, karena dua pedang, tidak cukup dalam satu sarungnya.

3 Poin Penting Saqifah Bani Saidah

Pertama para sahabat menyadari betul bahwa adanya seorang pemimpin memiliki peran yang sangat penting di tengah-tengah umat. Oleh sebab itu, ketika Rasulullah SAW wafat, para sahabat bersegera untuk berkumpul memilih khalifah yang menggantikan Rasulullah SAW sebagai pemimpin umat. 

Kedua perbedaan pandangan dalam menentukan pemimpin adalah hal yang lumrah, dan ini terjadi di antara sahabat dari kalangan Anshar maupun Muhajirin. Bahkan kalangan bani Hasyim pun memiliki pandangan lain. Yang -karena beberapa alasan- cenderung memilih sahabat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah. Akan tetapi ketika sudah terpilih, maka semua pihak harus sama-sama mendukung demi kesejahteraan dan keutuhan umat.

Ketiga, hendaknya setiap orang menyadari dan mengukur diri sendiri akan kemampuannya, dalam hal ini sikap Sayyidina Umar patut dijadikan contoh. Ketika Abu Bakar memintanya untuk menjadi khalifah, dengan rendah hati beliau berkata: “Bagaimana mungkin bisa saya menjadi seorang pemimpin umat yang di dalamnya masih terdapat Abu Bakar.” Dan Umar bin Khattab merasa bahwa sosok Abu Bakar yang saat itu lebih layak menjadi khalifah daripada dirinya.

Chat Sekarang